13 Jul 2021

Dedikasi Untuk Almarhum Papaku


Papa.. sosok lelaki pertama yang kucintai dalam hidupku.

Tak habis kalimat demi kalimat yang bisa kuceritakan tentang papa. 

Papaku adalah idolaku, menyayangi anak-anaknya sepanjang waktu, dari saat kmai masih kecil sampai ajal menjemputnya. Hanya saja setelah anak-anaknya menikah, menjadi keterbatasan kami untuk saling berinteraksi dan mencurahkan perhatian.

Papa lahir pada tanggal 10 mei 1958 dan meninggalkan dunia di tanggal 10 november 2018. Benar apa kata orang,bahwa kita akan merasa sesuatu itu sangat berharga setelah kita benar-benar kehilangannya. 

Yang kusesali sampai saat ini adalah bahwa aku tidak ada di sisinya di hari-hari terakhirnya sampai menutup mata.

Sampai detik ini air mataku pasti meleleh kalau ingat hal ini. Apakah papa tau bahwa aku sangaaat sayaaaaaang sama papa? Walau dengan keterbatasanku untuk mencintaimu papa. 

Waktu aku kecil, yang kusuka dari papa adalah masakannya papa, bagiku nasi goreng dan mie goreng buatan papa tiada tandingannya. Kalau anak-anaknya ulang tahun, papa akan mengajak kami jalan-jalan ke kota Tanjung Karang, makan di tempat favorit kami, dan yang paling menyenangkan, kami boleh beli majalah anak-anak sebanyak yang kami mau. Walaupun hanya majalah bekas, tapi bahagianya luar biasa. Kami memang paling gemar membaca, kalau punya majalah baru tapi bekas, gak lama nanti teman-teman sepermainan bakalan main ke rumah. Ngumpul sama-sama dan suasana senyap karena semua sibuk baca majalah. 

Tapi ada juga kenangan yang aku kurang suka dari papa, papa sering memaksa kami bobok siang. Karena takut papa marah,kami terpaksa pura-pura boci, kalau papa sudah ketiduran, kami adik beradik lompat keluar dari jendela kamar, langsung ngacir bareng teman-teman. Hahahhaha... Trusss ketauan donk pas papa bangun, kami dimarahin. 

Papa itu sama sekali nggak pelit, asalkan jujur mau beli apa, pasti papa rela kasih uang untuk jajan. 

Kenangan termanis adalah kalau ketiduran di sofa ruang tamu trus bangun sudah ada di kamar, siapakah oknum yang mindahin kita ke kamar? Sudah pasti papa-lah orangnya.

Qodarullah.. papa mengalami sakit diabetes sepanjang hidupnya, ketahuan di tahun 2000. Waktu aku masih kuliah dan tinggal di asrama, suatu sore papa menjemputku, minta ditemani chek lab, dan di luar dugaan ternyata papa mengidap DM. Sempat shock dan sedih saat itu. Tapi semangat papa untuk sembuh tuh luar biasa tinggi. Apa aja kata orang pasti diikuti, dari pengobatan medis sampai alternatif dijalani.

Melewati tahun-tahun sebagai pengidap DM, pada akhirnya papa kena komplikasi gagal ginjal dan gangguan penglihatan. Waktu tau kalau harus suntik insulin tiap hari, papa sempat drop, aku hanya bisa menyemangatinya. Alhamdulillah papa bisa semangat lagi, beliau gak pernah mengeluh walau harus dicoblos jarum tiap hari. Lama-lama malah belajar menyuntikkan insulin sendiri, jadi gak tergantung sama mama kalau mau suntik. 

Sekitar tahun 2014 papa mengalami sakit sampai semingguan, sudah ke dokter dan minum obat tapi gak ada kemajuan. Karena bingung, kuminta adek bungsu untuk antar papa ke puskes, aku minta tolong agar dichek fungsi ginjal. Ternyata kadar ureumnya sudah sangat tinggi. Malamnya langsung kami bawa ke UGD RS Imanuel. Dichek ulang kemudian harus rawat inap. Mulai dari itu, papa harus menjalani Haemodialisa. Papa sampe nangis dan kembali shock. Sekali lagi aku berusaha menguatkan papa. Agar tetap semangat dan optimis. 

Ma syaa Allah.. papa lagi-lagi kembali tegar, walau harus cuci darah 2x dalam seminggu.

Dan pada akhirnya penglihatan juga terganggu, papa minta untuk berobat, operasi matapun dijalani sampai berkali-kali. Didampingi mama yang slalu setia mengurus, melayani, mengantar, menemani kemanapun papa pergi. Berkali-kali papa keluar masuk RS juga mama yang mendampingi. Perjuangannya untuk sembuh benar-benar luar biasa. Tapi semua harus berakhir di tanggal 10 November 2018. Papa menghembuskan nafas terakhirnya di RS Mintoharjo Jakarta, di saat aku jauh darinya, dan gak bisa menemani saat-saat terakhirnya. 

Sampai saat ini, air mataku sering mengalir tak terasa, terutama saat aku merasa kangen papa. Ada sedikit penyesalan karena aku tidak ada di sisinya, aku tidak sempat meminta maaf atas semua kesalahanku, aku belum bisa membahagiakan papa.

Di dalam lubuk hatiku, aku sangat menyayanginya. Semua kenangan bersamanya slalu kuingat dengan baik. Aku bukan anak yang mandiri, kemana-mana slalu tergantung papa. 

Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahan papa, menerima segala amal kebaikan dan ibadahnya. Menjauhkannya dari segala azab dan siksa, membukakan pintu surga yang selebar-lebarnya untuk papa. Aamiin yaa Rabb..