Selama 3 tahun sekolah di SMAN 12 Bandar Lampung, mengalami juga yang namanya tawuran setiap tahun. Yang pastinya tiap bulan Agustus, sekolahku dikeroyok oleh gabungan pelajar STM.
Padahal pemicunya hanya masalah sepele, tersinggung karna lihat-lihatan, kesenggol sampe masalah rebutan cewek.
Alhamdulillah sesudah lulus dari sana, nggak terdengar lagi kabar kalau SMAN 12 masih sering tawuran.
Sedih yaaa.... koq tawuran jadi sesuatu hal yang marak dimana-mana, nggak cuma pelajar SMP, SMA bahkan mahasiswa dan masyarakatpun gampang tersulut untuk ikut-ikutan terlibat tawuran.
Apapun alasannya, kenapa musti menyelesaikan masalah dengan kekerasan yang notabene nggak akan ada manfaatnya, justru lebih banyak mudharat dan kerugian yang didapat.
Mirisnya lagi tawuran sampai memakan korban nyawa dan luka-luka. Bayangkan gimana sedihnya orang tua dan saudara kalau sampe diri kita sendiri yang menjadi korban.
Duuhh... nyawa manusia kok seperti nggak ada harganya.
Apalagi yang terlibat justru kaum pelajar dan mahasiswa yang konon adalah kaum pemikir dan golongan intelek, bawa-bawa senjata tajam, bambu, batu dan macam-macam. Yang dilawan dan diserang malah bangsa sendiri. Benar-benar aneh masyarakat kita ini.
Pihak berwajib harus ekstra tegas bertindak, untuk mengantisipasi hal-hal semacam ini terulang lagi. Adanya tindakan tegas mungkin perlu untuk menimbulkan efek jera agar tiap orang berpikir ulang untuk terlibat tawuran. Dan kembali lagi kepada keluarga masing-masing, mungkin ada yang salah dalam pola asuh di dalam keluarga, atau anak yang kurang dapat perhatian dan kasih sayang.
Intinya kita semua harus mencari solusi terbaik agar tawuran benar-benar STOP sampai di sini.
Moga saja peristiwa tawuran antara SMAN 70 dan SMAN 6 itu jadi yang terakhir dan nggak ada lagi tawuran-tawuran semacam itu.